
Setiap tanggal 30 April, bangsa Indonesia mengenang wafatnya Pramoedya Ananta Toer, seorang sastrawan besar yang karya-karyanya menembus batas zaman dan ideologi. Pramoedya bukan hanya seorang penulis, tetapi juga seorang pejuang melalui kata-kata. Ia wafat pada 30 April 2006, namun gagasan dan idealismenya tetap hidup dan terus menginspirasi generasi muda, termasuk di dunia pendidikan seperti di SMP PGRI Cikupa Bogor.
Siapa Pramoedya Ananta Toer?
Pramoedya, atau akrab disebut Pram, lahir pada 6 Februari 1925 di Blora, Jawa Tengah. Ia dikenal luas karena karya-karyanya yang menggugah kesadaran, seperti Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca—yang dikenal sebagai Tetralogi Buru. Karya-karya tersebut ditulisnya saat ia dipenjara di Pulau Buru tanpa proses pengadilan, hanya karena pandangan politiknya yang bertentangan dengan rezim saat itu.
Meski hidup dalam tekanan, Pramoedya tetap menulis. Kata-katanya menjadi perlawanan, dan ceritanya menjadi cermin sejarah. Ia memperjuangkan kemerdekaan berpikir, kebebasan berpendapat, dan hak-hak manusia melalui literasi.
Mengapa Penting Dikenang di Dunia Pendidikan?
Di era sekarang, ketika siswa dan generasi muda hidup dalam banjir informasi, penting untuk mengenalkan sosok seperti Pramoedya sebagai **teladan keberanian intelektual dan cinta pada literasi**. SMP PGRI Cikupa Bogor dapat menjadikan momen ini sebagai ajang refleksi penting bahwa pendidikan tidak hanya tentang angka dan nilai, tetapi juga tentang karakter dan perjuangan pikiran.
Nilai-nilai yang dapat dipetik dari perjalanan hidup dan karya Pram, antara lain:
1. 🖋 Kekuatan Literasi
Pramoedya menunjukkan bahwa menulis bisa menjadi senjata paling tajam untuk melawan ketidakadilan. Kata-katanya bisa membebaskan pikiran.
2. 📚 Cinta pada Ilmu dan Sejarah
Banyak karya Pram yang membongkar sejarah Indonesia yang jarang diajarkan secara resmi. Ia mengajak pembaca, khususnya generasi muda, untuk berpikir kritis dan mencintai bangsa dengan pemahaman yang utuh.
3. 💡 Berani Berpendapat
Di tengah zaman yang serba aman, keberanian untuk berpikir berbeda dan bersuara jujur tetap menjadi nilai penting yang harus ditanamkan pada siswa.
Cara Mengenang Pram di SMP PGRI Cikupa Bogor
Untuk mengenang dan menghidupkan kembali semangat Pram, sekolah dapat mengadakan kegiatan seperti:
– Membaca Kutipan Pram dalam upacara atau kegiatan literasi.
– Lomba Menulis Esai atau Cerpen** bertema kebebasan berpikir, semangat belajar, atau sejarah.
– Bedah Buku Ringan: Memperkenalkan karya Pram yang disederhanakan untuk pelajar, seperti Bumi Manusia, dalam bentuk diskusi terbuka.
– Pameran Sastra Indonesia: Menampilkan tokoh-tokoh sastrawan nasional termasuk Pram, serta karya siswa.
Kata-kata Pramoedya yang Menggetarkan Jiwa
“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.”
“Dalam hidup, yang penting adalah bukan sekadar menjadi manusia, tetapi menjadi manusia yang bermakna.”
Wafatnya Pramoedya Ananta Toer pada 30 April 2006 bukan akhir dari perjuangannya. Kata-katanya masih bergema, menggugah, dan menyala dalam hati setiap pembaca yang mencintai keadilan dan kebenaran. Di SMP PGRI Cikupa Bogor, mengenang Pramoedya adalah langkah kecil namun bermakna dalam membangun generasi muda yang berani berpikir, menulis, dan bermimpi.
> Karena seperti yang Pram yakini:
> “Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”
Kalau kamu maubantu buat puisi atau poster memperingati wafatnya Pram untuk dipajang di sekolah atau di website sekolah, Judah tauten harus bilang ke siapa? Iya dong tents Saja billing ke Kominfo SMP PGRI Cikupa Bogor. Mau? 📖✨