Bogor, yang dikenal dengan julukan “Kota Hujan”, memang kaya akan alam dengan pepohonan yang lebat dan tanah yang subur. Daerah ini menjadi salah satu tempat dengan keanekaragaman hayati yang tinggi di Indonesia, dengan banyaknya hutan tropis yang tumbuh subur di pegunungan dan kawasan perbukitan. Pohon-pohon ini berfungsi tidak hanya sebagai elemen keindahan alam, tetapi juga memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem, mencegah bencana alam seperti tanah longsor dan banjir, serta menjaga keberlanjutan pasokan air tanah.

Namun, meskipun Bogor terkenal dengan banyaknya pohon, 5 tahun belakangan ini wilayah Bogor masih sering dilanda bencana alam, terutama tanah longsor dan banjir. Ini tentu menjadi pertanyaan besar: “Di Bogor kan banyak pohon, kok masih sering terjadi longsor atau banjir?” Ternyata, meskipun keberadaan pohon di Bogor sangat melimpah, beberapa faktor yang berhubungan dengan pengelolaan sumber daya alam dan praktik penebangan pohon dapat menjelaskan mengapa bencana tetap terjadi.

1. Penebangan Pohon Tanpa Penggantian yang Memadai

Salah satu penyebab utama yang memicu terjadinya tanah longsor dan banjir di Bogor adalah praktik penebangan pohon yang tidak diikuti dengan penanaman pohon pengganti yang memadai. Penebangan pohon secara besar-besaran untuk keperluan pembangunan perumahan, infrastruktur, atau pertanian tanpa adanya perencanaan yang matang terkait pengelolaan hutan dan penanaman kembali pohon di area yang terkena dampak, dapat merusak keseimbangan alam.

Pohon-pohon yang ditebang tidak hanya berfungsi untuk memberikan keteduhan dan keindahan, tetapi juga memiliki akar yang kuat yang membantu menjaga kestabilan tanah. Akar pohon ini berfungsi untuk mengikat tanah dan mencegah erosi, serta menyerap air hujan agar tidak langsung mengalir deras dan menyebabkan banjir. Jika pohon yang ditebang tidak segera digantikan dengan penanaman pohon yang baru atau tanaman lainnya, maka tanah akan menjadi rentan terhadap longsor. Terutama di wilayah perbukitan atau daerah dengan kemiringan tanah yang curam, tanpa penanaman kembali, tanah akan kehilangan daya dukung dan mudah tergerus oleh air hujan.

2. Tidak Ada Penanaman Setelah Penebangan

Selain tidak adanya penggantian pohon yang ditebang, kurangnya penanaman setelah penebangan pohon juga menjadi salah satu penyebab terjadinya bencana alam di daerah seperti Bogor. Setelah pohon ditebang, tanah yang terbuka menjadi rentan terhadap erosi dan kehilangan kelembaban. Tanah yang tidak ditanami kembali menjadi lebih mudah terkikis oleh air hujan, yang pada akhirnya menyebabkan longsor, banjir, dan kerusakan lingkungan lainnya. Di beberapa daerah di Bogor, hal ini terjadi ketika pembangunan tidak memperhatikan pentingnya penghijauan kembali setelah penebangan pohon.

Kurangnya perhatian terhadap rehabilitasi lahan yang terkena dampak penebangan pohon bisa menyebabkan penurunan kualitas tanah dan ekosistem. Penanaman pohon pengganti yang tepat, seperti pohon yang memiliki akar kuat dan adaptasi yang baik terhadap iklim setempat, sangat penting untuk mencegah kerusakan yang lebih lanjut pada tanah dan lingkungan. Jika penanaman pohon tidak dilakukan, tanah yang tidak tertutup tumbuhan akan lebih mudah tergerus oleh air hujan, yang pada gilirannya meningkatkan risiko bencana alam.

3. Pengelolaan Sumber Daya Alam yang Tidak Berkelanjutan

Selain faktor penebangan yang tidak disertai penanaman pengganti, pengelolaan sumber daya alam yang tidak berkelanjutan juga berperan dalam memperburuk kondisi ini. Pembangunan yang tidak memperhatikan prinsip keberlanjutan dapat memperburuk daya dukung alam, terutama jika tidak ada upaya konservasi yang maksimal. Selain itu, pemanfaatan lahan yang berlebihan, seperti penggundulan hutan untuk membuka area perkebunan atau pertanian, turut memperburuk kondisi lingkungan. Dalam jangka panjang, hal ini dapat menyebabkan degradasi lingkungan yang lebih parah, termasuk penurunan kualitas air tanah dan berkurangnya kapasitas penyerapan air di permukaan tanah.

4. Urbanisasi dan Perubahan Penggunaan Lahan

Urbanisasi yang pesat di beberapa kawasan Bogor juga turut berkontribusi pada peningkatan risiko bencana alam. Pergeseran penggunaan lahan dari hutan atau lahan hijau menjadi kawasan pemukiman atau kawasan industri mengubah keseimbangan alam. Pembangunan yang terjadi sering kali tidak disertai dengan upaya mitigasi bencana, seperti penghijauan atau pembangunan infrastruktur ramah lingkungan. Akibatnya, meskipun masih ada banyak pohon di sekitar kawasan, hilangnya area resapan air dan penurunan luas hutan alami yang berfungsi untuk mencegah bencana menjadi masalah yang semakin besar.

Solusi untuk Mengatasi Masalah Ini

Untuk mengatasi permasalahan ini, penting bagi pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta untuk bekerja sama dalam merancang kebijakan yang mendukung keberlanjutan alam. Salah satu solusi utama adalah dengan meningkatkan kesadaran akan pentingnya penghijauan kembali, terutama setelah penebangan pohon. Penanaman pohon pengganti harus dilakukan dengan mempertimbangkan jenis pohon yang cocok untuk lokasi tertentu dan memiliki fungsi yang sama, atau lebih baik, dibandingkan pohon yang ditebang.

Selain itu, program penghijauan dan penanaman pohon seperti *Reboisasi* dan *Agroforestry* (pertanian berbasis kehutanan) perlu digalakkan di seluruh daerah yang rawan bencana, termasuk kawasan Bogor. Pemulihan dan rehabilitasi lahan yang rusak akibat penebangan pohon dan perubahan fungsi lahan harus menjadi prioritas dalam upaya mitigasi bencana alam.

Meskipun Bogor dikenal sebagai kota yang banyak pohonnya, bukan berarti daerah ini bebas dari risiko bencana alam seperti tanah longsor dan banjir. Praktik penebangan pohon yang tidak diikuti dengan penanaman pohon pengganti yang memadai atau tidak ada penanaman setelahnya, adalah salah satu faktor yang memperburuk kondisi ini. Untuk itu, penting untuk memperhatikan pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan, yang mencakup penghijauan kembali dan pemulihan ekosistem yang rusak. Dengan kesadaran dan tindakan yang tepat, kita dapat mengurangi risiko bencana alam dan menciptakan lingkungan yang lebih aman dan berkelanjutan di Bogor.