
Kebodohan sejati bukanlah sekadar tidak tahu. Tidak tahu bisa diatasi dengan belajar, mencari ilmu, dan rendah hati untuk bertanya. Namun, kebodohan yang sesungguhnya adalah ketika seseorang membanggakan dirinya, merasa lebih dari orang lain, dan menjadikan kesombongan sebagai pakaian sehari-hari. Inilah akar dari kehancuran diri dan runtuhnya martabat.
Sahabat pendidik…
Kita memegang amanah besar: membimbing, menuntun, dan menjadi teladan bagi generasi yang sedang tumbuh. Dalam perjalanan ini, ujian terbesar seringkali bukan pada materi yang kita ajarkan, melainkan pada sikap dan kebijaksanaan kita. Jangan sampai kita terprovokasi oleh hal-hal kecil yang merugikan diri sendiri.
Satu tindakan gegabah, satu ucapan tanpa kendali, bisa mencoreng bukan hanya nama pribadi, tetapi juga marwah profesi pendidik. Bagaimana jadinya generasi yang kita bimbing, jika kita sendiri tak mampu menahan diri dan berpikir bijak?
Ingatlah…
Kesombongan membuat seseorang buta terhadap kebenaran, tuli terhadap nasihat, dan kerdil di hadapan kehidupan. Sebaliknya, kerendahan hati melahirkan kebijaksanaan, membuat kita mampu mendengar, belajar, dan terus tumbuh.
Maka mari kita renungkan:
* Jangan pernah merasa lebih dari orang lain, sebab setiap orang memiliki kelebihan masing-masing.
* Jangan cepat bereaksi dalam emosi, sebab kebijaksanaan lahir dari jeda.
* Jagalah marwah kita sebagai pendidik, karena di pundak kitalah harapan generasi bangsa dititipkan.
Berdoalah untuk dunia pendidikan, terutama ketika ada pendidik yang terjerat dalam sikap gegabah. Semoga kita semua dijauhkan dari sifat kesombongan dan dikuatkan untuk selalu berjalan di jalan kerendahan hati dan kebijaksanaan. (SA)