
Filosofi Kujang
Kujang bukan sekadar senjata, melainkan simbol ajaran spiritual dan kearifan lokal masyarakat Sunda. Secara filosofis, Kujang mencerminkan Ajaran Sunda atau dikenal pula sebagai Sundayana/Surayana, yaitu pemahaman hidup yang berakar dari kesadaran ketuhanan dan harmoni semesta.
Dalam perspektif ini, Kujang adalah manifestasi manusia sebagai makhluk ciptaan paling sempurna, sekaligus sebagai pengejawantahan dari ajaran tentang asal-usul alam semesta yang menjadi dasar dari sistem nilai Nagara Karta Gama.
Lebih jauh, Kujang merupakan hasil olah rasa dan karsa para leluhur, yang berangkat dari ajaran untuk membangun tatanan kehidupan. Ajaran ini berkembang menjadi sistem nilai dalam masyarakat Sunda Purba yang disebut ketataan Nagara-an Sunda, dan pada akhirnya membentuk peradaban luhur yang memuliakan nilai-nilai kemanusiaan, spiritualitas, dan keadilan sosial.
Fungsi Kujang: Bukan Sekadar Senjata
Berdasarkan fungsinya, Kujang diklasifikasikan ke dalam 5 kategori utama, masing-masing memiliki nilai dan kegunaan tersendiri yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, budaya, hingga ritual spiritual.
- Pusaka
Kujang sebagai pusaka berfungsi sebagai:
- Simbol jati diri dan pengingat akan asal-usul (purwa daksina)
- Simbol kesadaran diri manusia
- Penanda tingkat keilmuan dan kendali diri (kemandaalan)
Kujang dalam fungsi ini biasanya disimpan dan dihormati, bukan digunakan dalam pertempuran.
- Pakarang
Berperan sebagai:
- Alat pertahanan diri atau senjata bela diri
Ini adalah fungsi Kujang yang paling dikenal secara umum, namun penggunaannya tetap dibalut nilai moral dan spiritual.
- Pangarak
Digunakan sebagai:
- Simbol kebesaran atau panji dalam upacara adat atau kenegaraan
Menunjukkan status dan kehormatan dalam masyarakat atau dalam konteks resmi kerajaan/adat.
- Pamangkas
Berfungsi sebagai:
- Alat untuk membuka lahan, memanen, atau merapikan (nyacar)
Merupakan simbol transformasi dan awal mula, sering dipakai dalam ritual tutup dan buka tahun atau masa panen.
- Sajen
Ditempatkan di antara sesajen sebagai:
- Sarana upacara atau ruwatan
Kata Sajen berasal dari “Sa-Ajt-an”, menunjukkan Kujang sebagai unsur spiritual dalam ritual keagamaan masyarakat Sunda kuno.
Kujang, Lambang Peradaban Sunda
Kujang bukan hanya benda fisik, tetapi penjaga nilai, filosofi, dan spiritualitas yang diwariskan oleh leluhur Sunda. Ia mengajarkan tentang jati diri, keselarasan dengan semesta, dan pentingnya menjaga tradisi dalam kehidupan modern.
Edukasi Kujang dari Kak Indriana Septianadina (Belapati Indonesia) ini bukan sekadar edukasi sejarah, tapi juga pengingat tentang nilai-nilai luhur bangsa yang perlu terus diwariskan dan dirawat oleh generasi muda.