
Menghapus pekerjaan rumah (PR) bukan berarti mengurangi tanggung jawab siswa, melainkan upaya menciptakan keseimbangan yang lebih sehat antara waktu belajar dan waktu istirahat.
- Waktu Istirahat yang Berkualitas
Setelah seharian belajar di sekolah, anak-anak membutuhkan waktu untuk beristirahat, bermain, dan berkumpul bersama keluarga. Waktu luang ini penting untuk kesehatan mental dan emosional mereka. - Meningkatkan Kualitas Belajar di Sekolah
Tanpa PR, guru dituntut untuk mengoptimalkan proses belajar di kelas. Ini mendorong metode pengajaran yang lebih efektif, interaktif, dan bermakna. - Mencegah Stres dan Kelelahan
Banyak siswa mengalami stres karena tumpukan PR yang harus dikerjakan di malam hari. Mengurangi beban ini bisa membantu anak-anak lebih fokus, segar, dan siap untuk belajar keesokan harinya. - Mendukung Kreativitas dan Minat Pribadi
Tanpa beban PR, anak punya lebih banyak waktu untuk mengembangkan minat, bakat, dan kegiatan positif lainnya di luar akademik, seperti olahraga, seni, atau kegiatan sosial. - Fokus pada Pembentukan Karakter
Pendidikan bukan hanya soal akademik, tapi juga pembentukan karakter. Dengan mengurangi PR, anak-anak punya lebih banyak kesempatan belajar dari lingkungan dan keluarga, yang tak kalah penting dari belajar di kelas.
menghapus PR bukan berarti mengurangi kualitas pendidikan, tetapi mengarahkan sistem pendidikan ke pendekatan yang lebih manusiawi, seimbang, dan berorientasi pada perkembangan menyeluruh anak.
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menegaskan bahwa siswa di wilayahnya tidak boleh dibebani pekerjaan rumah (PR). Dalam sebuah pertemuan dengan siswa dan perangkat sekolah, beliau menyatakan bahwa seluruh pembelajaran harus dilakukan di sekolah, dan PR bertentangan dengan semangat pendidikan. Menurutnya, pekerjaan rumah seharusnya mencakup tugas-tugas domestik seperti membersihkan rumah, bukan pekerjaan sekolah. Oleh karena itu, beliau menginstruksikan agar siswa tidak membawa pekerjaan sekolah ke rumah . (Gubernur Jawa Barat Instruksikan Tidak Boleh Ada PR untuk Siswa, Dedi Mulyadi Sebut Habiskan Pelajaran di Sekolah – Radar Bogor)
Pandangan ini sejalan dengan upaya menciptakan keseimbangan antara waktu belajar dan waktu istirahat bagi siswa. Dengan mengurangi beban PR, siswa memiliki lebih banyak waktu untuk beristirahat, bermain, dan berkumpul bersama keluarga, yang penting untuk kesehatan mental dan emosional mereka. Selain itu, hal ini mendorong guru untuk mengoptimalkan proses belajar di kelas, menjadikan pembelajaran lebih efektif dan interaktif. Mengurangi PR juga dapat mencegah stres dan kelelahan pada siswa, serta memberikan mereka kesempatan untuk mengembangkan minat dan bakat di luar akademik.
Dengan demikian, kebijakan ini tidak hanya mengurangi beban siswa, tetapi juga mendukung pendekatan pendidikan yang lebih manusiawi dan berorientasi pada perkembangan menyeluruh anak.
🌟 Sinergi Antara Kebijakan Pendidikan dan Program Karakter di SMP PGRI Cikupa
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menegaskan bahwa siswa di wilayahnya tidak boleh dibebani pekerjaan rumah (PR). Beliau menyatakan bahwa seluruh pembelajaran harus dilakukan di sekolah, dan PR bertentangan dengan semangat pendidikan. Menurutnya, pekerjaan rumah seharusnya mencakup tugas-tugas domestik seperti membersihkan rumah, bukan pekerjaan sekolah. Oleh karena itu, beliau menginstruksikan agar siswa tidak membawa pekerjaan sekolah ke rumah .
Pandangan ini sejalan dengan upaya menciptakan keseimbangan antara waktu belajar dan waktu istirahat bagi siswa. Dengan mengurangi beban PR, siswa memiliki lebih banyak waktu untuk beristirahat, bermain, dan berkumpul bersama keluarga, yang penting untuk kesehatan mental dan emosional mereka. Selain itu, hal ini mendorong guru untuk mengoptimalkan proses belajar di kelas, menjadikan pembelajaran lebih efektif dan interaktif. Mengurangi PR juga dapat mencegah stres dan kelelahan pada siswa, serta memberikan mereka kesempatan untuk mengembangkan minat dan bakat di luar akademik.
Dengan demikian, kebijakan ini tidak hanya mengurangi beban siswa, tetapi juga mendukung pendekatan pendidikan yang lebih manusiawi dan berorientasi pada perkembangan menyeluruh anak.
🏫 Implementasi Nilai Disiplin, Religius, Kreatif, dan Inovatif di SMP PGRI Cikupa
SMP PGRI Cikupa, Bogor, telah mengimplementasikan program unggulan Disiplin Religius Kreatif dan Inovatif sebagai bagian dari penguatan pendidikan karakter. Program ini bertujuan untuk membentuk generasi muda yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki karakter yang mulia dan siap menghadapi tantangan masa depan. (SMP PGRI Cikupa Bogor — SMP PGRI Cikupa Bogor Jalankan Program Penguatan Pendidikan Karakter)
- Disiplin
Sekolah menekankan pentingnya kedisiplinan dalam berbagai aspek kehidupan, seperti ketepatan waktu, kepatuhan terhadap aturan sekolah, dan kedisiplinan dalam pembelajaran. Hal ini mengajarkan siswa untuk menghargai waktu dan menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri dan orang lain . (SMP PGRI Cikupa Bogor — Disiplin, Religius, Kreatif, dan Inovatif: Tata Nilai, Karakter, dan Implementasinya di SMP PGRI Cikupa Bogor)
- Religius
Sebagai lembaga pendidikan berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila, SMP PGRI Cikupa menanamkan nilai religius melalui pendidikan agama, kegiatan keagamaan rutin seperti shalat berjamaah dan doa bersama, serta pembiasaan akhlak mulia. Tujuannya adalah untuk memperdalam pemahaman spiritual dan membentuk karakter siswa yang berbudi pekerti luhur . (SMP PGRI Cikupa Bogor — Disiplin, Religius, Kreatif, dan Inovatif: Tata Nilai, Karakter, dan Implementasinya di SMP PGRI Cikupa Bogor)
- Kreatif
Sekolah memberikan ruang bagi siswa untuk mengembangkan kreativitas melalui pembelajaran berbasis proyek, kegiatan ekstrakurikuler, dan penerapan teknologi dalam pembelajaran. Hal ini mendorong siswa untuk berpikir kritis dan inovatif dalam menghadapi tantangan . (SMP PGRI Cikupa Bogor — Disiplin, Religius, Kreatif, dan Inovatif: Tata Nilai, Karakter, dan Implementasinya di SMP PGRI Cikupa Bogor)
- Inovatif
SMP PGRI Cikupa mempersiapkan siswa untuk menjadi generasi yang inovatif dengan mengajarkan mereka untuk terus mencari cara-cara baru dalam menyelesaikan masalah dan menciptakan sesuatu yang bermanfaat. Penggunaan teknologi dalam pembelajaran dan pengembangan proyek inovasi menjadi bagian dari strategi ini . (SMP PGRI Cikupa Bogor — Disiplin, Religius, Kreatif, dan Inovatif: Tata Nilai, Karakter, dan Implementasinya di SMP PGRI Cikupa Bogor)
🔄 Keterkaitan Antara Penghapusan PR dan Program Karakter
Kebijakan penghapusan PR oleh Gubernur Jawa Barat sejalan dengan nilai-nilai yang diterapkan di SMP PGRI Cikupa. Dengan mengurangi beban PR, siswa memiliki lebih banyak waktu untuk mengembangkan kreativitas dan berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler yang mendukung nilai-nilai disiplin, religius, kreatif, dan inovatif. Hal ini juga memberikan kesempatan bagi siswa untuk menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari, baik di sekolah maupun di rumah.
Dengan demikian, kebijakan penghapusan PR dan program karakter di SMP PGRI Cikupa saling mendukung dalam membentuk generasi muda yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki karakter yang mulia dan siap menghadapi tantangan masa depan. (SMP PGRI Cikupa Bogor — SMP PGRI Cikupa Bogor Jalankan Program Penguatan Pendidikan Karakter)